Menjelang akhir bulan puasa lalu, sekitar 5 hari sebelum Lebaran, saya menderita sakit gigi yang lumayan parah. Sebagai catatan, saya bisa dibilang tidak pernah sakit gigi parah yang membuat tidak bisa tidur atau pusing. Gigi saya lumayan terawat dan masalahnya selama ini hanya gusi/gigi sensitif. Saya merawatnya dengan menggunakan pasta gigi untuk gigi sensitif dan non deterjen dan lumayan rajin floss.
Tapi sakit gigi saat itu, sangat, SAKIT! Ngilu, cenat-cenut, kaku dll semua dirasakan di gigi belakang rahang kiri. Saya sudah curiga penyebabnya adalah gigi geraham ke-3 yang tumbuh setengah dan miring pula. Ini pasti biang keroknya. Ditemani suami, sehabis buka puasa saya ke dokter gigi cantik yang praktek di Mydents clinic dekat rumah. Dr Fani namanya. Setelah dicek, bu dokter mendiagnosa bahwa gigi geraham ke-2 saya di’tumbuk’ gigi geraham ketiga sehingga geraham ke-2 tersebut bermasalah – mungkin berlubang-, tapi dia tidak bisa memastikan karena si gigi geraham ke-3 ini menghalanginya. Sarannya waktu itu adalah segera rontgen gigi panoramic dan bikin janji dengan spesialis bedah mulut untuk memastikan tindakan selanjutnya. Dan saat itu saya sudah tahu, that’s it man, i have to take odentectomy. Saat saya mengkonfirmasi kekhawatiran saya, bu dokter pun mengiyakan. Beliau menyarankan saya untuk rontgen di RS Sari Asih Ciputat. Saya diresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi dan penahan rasa sakit yang ternyata tidak digunakan. Anehnya beberapa hari kemudian rasa sakit berangsur-angsur berkurang selama gigi tersebut tidak digunakan excessively. Mungkin karena antibiotik yang meredakan infeksi? Entahlah.
Besoknya saya rontgen di RSSA, Prosesnya cepat, pendaftaran dengan menyerahkan surat rujukan, kemudian langsung ke bagian radiologi dan dirontgen. Alatnya lucu. Saya berdiri dengan mengigit alat rontgen tersebut, lalu ada semacam scanner yang berputar di kepala. Tidak sampai 5 menit, proses selesai. Operator kemudian print hasilnya dan selesai. Biayanya kalau tidak salah 145K plus dengan registrasi.
Waktu itu saya bermaksud membuat janji temu dengan spesialis gigi/bedah mulut di RSSA. Kalau saat itu harus odontektomi so be it. Saya harus mudik ke kampung suami Lebaran ke-3 dan seminggu setelah Lebaran ada outing kantor ke luar kota. Saya ingin semuanya beres sebelum agenda tersebut. But alas, no avail. Pak dokter di RS tersebut – Drg Dwi Ariawan SpBM- sedang cuti.
Fast forward to tgl 16 Agustus, berbekal hasil rontgen dan keberanian yang sudah bulat, saya ditemani suami ke RSSA lagi. Ternyata pak dokter sedang tidak praktek tetapi ada penggantinya, Drg Eky yang juga SpBM. Setelah konsultasi, melihat hasil rontegen dan cek gigi, pak dokter mengkonfirmasikan bahwa I did need odontectomy. Saya tanya bisa hari ini, he said yes then naik lah saya ke kursi pesakitan.
Takut? Tentu saja, I had never done this before, tapi saya lebih takut penyakit lain yang mungkin timbul dari keadaan yang tidak beres ini. Seingat saya pak dokter suntik bius dua kali. Nyeri sedikit but still bearable lah. Kemudian saya diminta menunggu sebentar sampai gusi, pipi, bibir kebas. Saya tidak merasakan apa-apa setelah disuntik bius kecuali tekanan dari bor, tang, dan pipa sedotan liur/darah. Perasaan kebaslah yang bikin saya merasa sangat tidak nyaman. Sekitar 20 menit kemudian pak dokter mengeluarkan gigi biang kerok tersebut mulai menjahit gusi dengan benang hitam. Setelah selesai saya disuruh kumur-kumur dengan cairan betadine. Menurut dokter, gigi geraham ke-3 saya sudah rapuh, gigi yang ditabraknya pun sudah rapuh, sehingga gigi tersebut pecah. Besar kemungkinan saya membutuhkan konservasi/perawatan syaraf gigi geraham kedua tersebut jika ingin mempertahankannya.
Operasi selesai, dan dengan muka separuh kebas dan mati rasa – which was so uncomfortable – saya dan suami pulang. Sebelumnya bikin janji temu untuk kontrol dan buka jahitan minggu depannya. Tidak ada pesan tertentu dari pak dokter, unlike cerita-cerita yang saya browsed di Internet. Biaya konsultasi, tindakan operasi dan obat-obatan untuk odontektomi di RS Sari Asih sekitar 2,1 000k. *mirispegangkartuATM*
Sebelum pulang ke rumah, saya dan suami nyetok jus asli dari tukang jus, sereal, es krim dan susu kedelai. Saya baca-baca di internet kalau sebaiknya makan/minum dingin, dan tidak minum dari sedotan selama proses penyembuhan setelah operasi tapi karena saat itu tidak tahu, minumlah saya jus alpukat seenaknya dengan kapas yang masih digigit :)). Dipesankan untuk minum obat sejam setelah operasi tapi karena saya susah menelan, sementara sebelum minum obat harus makan, obat baru diminum 2 jam kemudian dan akibatnya saya sempat merasakan maha sakit nyut-nyutan :(. Tapi alhamdulillah bisa masuk roti, jus alpukat, sedikit es krim dan beberapa sendok indomie telor milik suami saya. Yang sudah dingin tentunya.
Alhamdulillah sepanjang malam nyerinya masih bearable. Saya rutin kompres rahang dengan bungkusan kacang polong yang memang ada di freezer selang-seling 15 menit sekali. Mulut memang penuh dengan liur dan darah, tapi ditelan sajalah daripada bolak-balik ke wastafel meludah. lagipula kebanyakan meludah menghambat penyembuhan. Saya juga bersyukur tidak ada pembengkakan massive seperti yang banyak diceritakan orang. Bengkak dan nyeri sedikit pada hari ke-3 dan 4. Tapi most of the time I was fine. I could bear it. Saya bahkan masih bisa ke Taman Bunga Nusantara besoknya karena mama ulang tahun dan pengen kesana. As long as minum obat, it will be fine.
Waktu benang dicabut seminggu kemudian daerah tersebut masih tender dan dokter memang bilang masih merah. Hal itu normal karena proses penyembuhan baru seminggu. Dan dengan dicabutnya benang bikin jauh lebih nyaman di mulut walaupun proses cabutnya sakit dan after effectnya juga lumayan sakit. Lumayan bikin saya bengong bentar di kafetaria rumah sakit sambil ngemut minuman dingin untuk meredakan nyeri :((
Jadi untuk yang harus melakukan odontektomi, please don’t be afraid. Prosesnya tidak sakit dan tidak lama kok. Memang agak merepotkan karena sesudahnya harus jaga makan/minum dan tidak boleh telat minum obat, tapi daripada di masa depan muncul penyakit lain gara-gara gigi geraham ke-3, mendingan sekarang dibereskan. Sampai sekarang ini – dua minggu lebih 2 hari setelah operasi – saya masih menunggu a pass untuk ke dokter konservasi gigi untuk beresin gigi geraham ke-2 dan daerah situ juga sudah digunakan untuk mengunyah. Lubang gusinya memang masih menganga dan dokter bilang butuh sekitar 1-2 bulan untuk benar-benar menutup. Kadang-kadang juga kalau kebanyakan ketawa atau makan makanan keras seperti kacang daerah kiri masih ngiluuuu. But overal the recovery process has been smooth dan I am ready for the next journey of my tooth repairement process. Halah macam mobil aja di repair …
Sekitar 10-15 setelah odontektomi. Kebas dan pasrah.